Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis yang Terkenal Saat Ice Bucket Challange

Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis yang Terkenal Saat Ice Bucket Challange

ALS atau sklerosis lateral amiotrofik adalah penyakit yang menjadi terkenal di tahun 2014 melalui ice bucket challenge, yaitu tantangan yang dilakukan dengan menyiram seember air dingin dari atas kepala. Tantangan ini dibuat untuk mengumpulkan dana penelitian terhadap ALS atau yang disebut juga dengan penyakit Lou Gehrig. read more

Faktor Risiko Amyotrophic Lateral Sclerosis

Beberapa aspek yang bisa meningkatkan risiko terjadinya ALS adalah sebagai berikut:

  • Berusia 40–80 tahun. Risiko ALS bisa meningkat sejalan bersama dengan pertambahan usia, dan biasanya berlangsung di antara umur 60 th. hingga pertengahan 80-an tahun.
  • Berjenis kelamin pria. Risiko ALS sedikit lebih tinggi terhadap pria dibandingkan wanita terhadap umur 65 th. ke bawah. Namun, perbedaan risiko antara pria dan wanita bakal menghilang setelah umur 70 tahun.
  • Memiliki keluarga bersama dengan riwayat penyakit ALS.
  • Paparan racun atau zat berbahaya lainnya.
  • Kebiasaan merokok. Risiko ALS bakal meningkat terhadap wanita perokok yang telah mengalami menopause.
  • Faktor genetik. Adanya variasi genetik lainnya yang bisa mengakibatkan seseorang lebih rentan menderita ALS.
  • Menjalani tugas militer, meskipun belum diketahui semuanya berkenaan layanan militer apa yang bisa mengakibatkan terjadinya ALS. Namun, terkandung dugaan perihal ini disebabkan sebab paparan bahan logam atau senyawa kimia tertentu, cedera traumatis, infeksi, atau kegiatan militer yang intens.
  • Peradangan terhadap saraf tubuh.
  • Kelainan terhadap type protein khusus di dalam tubuh yang bisa mengakibatkan penyakit ALS.

Gejala Amyotrophic Lateral Sclerosis

Gejala ALS terhadap tiap-tiap orang bisa berbeda-beda, terkait dari anggota neuron mana yang mengalami kerusakan. Gejala ALS biasanya berawal dari tangan dan kaki, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seiring bersama dengan perkembangan penyakit, sel saraf bakal mengalami rusaknya atau kematian, dan otot pun bakal ikut melemah.

Secara umum, sebagian tanda-tanda ALS adalah sebagai berikut:

  • Kelemahan terhadap tangan dan kaki.
  • Perubahan sikap.
  • Sering terjatuh atau tersandung.
  • Gangguan berbicara.
  • Gangguan makan.
  • Tidak bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari bersama dengan normal.
  • Kram otot dan kedutan di lengan, lidah, dan juga bahu.
  • Kesulitan berjalan.
  • Kesulitan mempertahankan postur tubuh dan mengangkat kepala.
  • Sulit menelan, sering tersedak, dan mengeluarkan air liur tanpa sadar.
  • Sering tertawa, menangis, atau menguap secara tidak sadar.

ALS bisa mengakibatkan fungsi pergerakan tubuh tidak bisa bekerja secara normal. Pada awalnya, tanda-tanda ALS tidak mengundang rasa nyeri, tetapi rasa nyeri bisa saja keluar sejalan berjalannya waktu, terutama jikalau kondisi ALS telah makin tambah parah.

Meski pengaruhi kegiatan sehari-hari, ALS tidak berdampak terhadap kemampuan pancaindra dan juga kemampuan untuk mengontrol permintaan membuang air besar dan membuang air kecil. Bahkan, penderita ALS tetap punyai kemampuan berpikir yang baik dan bisa berinteraksi bersama dengan orang lain.

Diagnosis Penyakit ALS

Sebelum menegakkan diagnosis, dokter bakal melaksanakan bertanya jawab (anamnesis) terkait tanda-tanda yang dialami dan riwayat kebugaran pasien secara menyeluruh dan juga melaksanakan pemeriksaan fisik, terutama terhadap otot dan saraf. Kemudian, dokter bisa saja bakal melaksanakan sebagian pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dan menyampingkan bisa saja tanda-tanda problem otot dan saraf yang disebabkan oleh kondisi medis lainnya, seperti:

  • Elektromiografi (EMG), untuk memantau kegiatan listrik otot dan saraf yang mengendalikannya.
  • Tes pencitraan bersama dengan MRI untuk mendapatkan lokasi dari saraf yang punya masalah dan menyaksikan kondisi proses saraf secara keseluruhan.
  • Tes darah dan tes urine untuk memeriksa kebugaran pasien secara keseluruhan.
  • Pemeriksaan kecepatan saraf di dalam menghantarkan tanda ke otot-otot tubuh untuk memeriksa fungsi saraf-saraf motorik tubuh.
  • Biopsi otot untuk menegaskan ada atau tidaknya kelainan terhadap otot.
  • Pemeriksaan pungsi lumbal, dikerjakan bersama dengan mengambil alih sampel cairan serebrospinal lewat jarum khusus yang dimasukkan di ruas tulang belakang.